Liburan ke Bandung
#2nd Days at Bandung Part 1
Seharusnya berdasarkan perencanaan semula, aku harusnya
menikmatin pelesiran Bandung Utara tetapi diganti ke Bandung Selatan saja.
Berdasarkan informasi, Bandung Selatan selain Kawah Putih, Situ Patengan, Ranca
Upas, Kebun Strawberry, Situ Cileunca dan masih banyak lagi. Pengen tahu lebih
lanjut mengenai wisata tersebut? Nanti saja ya. Karena hari kedua aku hanya
menikmatin wisata di Kawah Putih saja.
Lagi-lagi salah naik angkot, aku naik angkot Cibaduyut
Karang Setar Kappa, saya turun di cilandak jalan Otista. Nunggu angkot yang
bertuliskan Luewi Panjang. Akhirnya angkot tersebut pun ada penampakan. Naik
deh, naik angkot, nunggu angkot benar-benar melatih kesabaranku. Akhirnya
Terminal Luewi Panjang pun terjadi penampakan, bayar angkot dikenakan 5000.
Kesabaran benar-benar diuji disini, masuk ke terminal karena
angkot tidak masuk terminal. Untuk masuk terminal tinggal nyebrang dan jalan
dikit deh. Oh ya, angkot ke Kawah Putih, ups maksudku ke Ciwidey itu mangkalnya
di dekat pintu keluar. Plus, bentuk angkotnya warna putih atau warna lain,
masyarakat setempat menyebutnya Elf L300.
Perjalanan dari Terminal Luewi Panjang ke Ciwidey atau orang
setempat menyebutnya C……... (apa ya, ko jadi lupa gini). Perjalanannya kurang
lebih 40 menit dari terminal ke terminal satu.
Tidak rugi lho, meskipun jauh penat panas sumpek karena
angkot baru berjalan setelah angkot penuh alias duduknya mesti berdesakan. Ya,
wajar saja jika pak supir harus menunggu penumpang lain sehingga penuh. Selain
perjalanannya itu sangat panjang, juga jarang ada penumpang yang naik dari satu
titik ke titik lain. Plus angkot ini memang jarang banget lewat secara
bersamaan.
Dikarenakan aku belum pernah ke Kawah Putih seumur hidupku,
membayangkan perjalanan yang super panjang dengan berbagai “bau-bau-an” yang
semerbak harum mempesona. Untungnya, karena perasaan senang akan bertandang ke
tempat wisata yang tersohor itu membuat perjalananku tidak terlalu bermasalah.
Apalagi, aku mendapat
tempat duduk didekat jendela. Jadi semerbak wangi yang tiada tara itu tidak
terlalu menganggu perjalananku. Sungguh elok dan tenang, pikiran
melayang-layang membayangkan pemandangan apa yang menantiku di sana. Tidak
terasa sudah dua puluh menit berlalu dan perjalanan tersebut untuk mencapai
terminal Ciwidey, saat melewati Jalan Raya Ketapang. Pemandangan yang terlihat
dari sisi kanan, posisi tempat dudukku boooo, terlihat pemandangan gunung yang
menjulang tinggi. Sungguh indah nian, meskipun jika dibandingkan dengan
pemandangan favoriteku masih kalah.
Karena aku adalah pencinta laut, meskipun aku bukanlah putri
duyung yang bisa berenang. Namun sensasi yang kudapat luar biasa. Bila
dibandingkan pemandangan laut dan gunung, tentu saja berbeda dan semuanya bisa
dikatakan sangat luar biasa indah dengan pesona dan ketertarikan serta keunikan
yang berbeda.
Tuhan sungguh pencipta seniman yang luar biasa. AKU JATUH
CINTA pada pandangan pertama dengan pemandangan gunung yang malu-malu
menampakan dirinya saat kendaraan melewatinya. Alias, pemandangan gunung
tertutup bangunan gedung atau perumahan.
Walaupun demikian, semuanya terbayarkan. Rasa lelah di dalam
kendaraan yang berlalu tidak terlalu cepat. LUNAS dengan pemandangan yang indah
tiada tara, lukisan yang terkenal pun kalah. Sungguh pesona mata yang menawan
hati. Udaranya pun mulai terasa sejuk meskipun tidak sampai menggigit tulangku
hingga menggigil. Udara yang dulu dingin tiada tara, kini tidak bisa dikatakan
dingin seperti dipuncak gunung evart. Tetapi lumayan untuk mengusir rasa panas
yang ada.
Pada saat mobil elf ini menanjak ke daerah pergunungan,
langit tidak terlihat senang dengan kedatanganku saat ini. Dia mendung dan
berduka karena kabar burung yang membuatnya patah hati. Sepanjang jalan, mulut
eh hati berkomat-kamit tapi bukan mbah dukun lho melainkan berharap agar hujan
tidak turun.
Sekali-kali tanganku, aku keluarkan untuk merasakan sensasi
dingin yang menggodaku untuk sekian kali berharap agar hujan jangan
mendengarkan kabar angin yang membuatnya menangis tersedu-sedu. Rupanya,
sepuluh menit lebih neh hati berkomat-kamit tidak didengar. Langit kian
menggila hitamnya, membuatku kian merinding, takut perjalananku akan sia-sia
untuk mencapai kawah putih yang tiada bandingnya itu.
Aku mencoba sekuat tenaga berpikir bagaimana caranya agar
aku tetap bisa menikmatin sensasi gelora panasnya hawa balerang yang menyengat
dihidung saat menghirupnya di kawah putih. Aku putuskan apapun yang terjadi,
aku harus tetap memperjuangkan “hak” ku yang sudah terlanjur datang jauh-jauh
untuk menikmatin sensasi ini.
Akhirnya, secara perlahan namun pasti, mobil elf pun melaju
menuju terminal. Di sini seharusnya aku naik angkot yang berwarna kuning untuk
membawaku ke kawah putih. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan kondisi yang
tidak memungkinkan aku untuk mendapatkan harga murah dari angkutan kota.
Dipastikan ngetemnya pasti lama, sedangkan langit pun benar-benar bergelora
dengan kegelapan yang menyelimuti bumi di kawasan Ciwidey.
Ya sudah lah, begitu turun, langsung diserbu beberapa
bapak-bapak tukang ojek untuk menawarkan kesana. Dengan pasti aku menanyakan
harga dan tawar-menawar, sepakat harga Rp50.000 pulang pergi. Karena diawal dia
minta Rp30,000 untuk sekali jalan. Sungguh senangnya hati, motor pun segera
meninggalkan terminal, sedangkan disudut terminal ada sebuah angkot Ciwidey-Situ
patenggang nangkring dan baru ada dua-tiga penumpang saja.
Selama perjalanan yang berliku dan berkelok, rintikan angin
yang menyapu kepedihan langit pun terasa di kulit wajahku yang mendapatkan
tetesan embun yang terbawa angin. Tidak hanya itu, tangisan itu mulai terlihat
sendu-sendu, tetesan air hujan pun mulai membasahi Ciwidey yang dingin kian
dingin. Apalagi duduk dibelakang motor tanpa helm, dengan perjalanan menanjak
dan berkelok membuat sensasi yang luar biasa, seakan berada dalam aera balapan
sepeda motor GP, seru.
Semakin seru dengan deburan hati yang berharap “JANGAN HUJAN
DONK, PLEASE….” Tapi seruan dan harapanku hanya sebatas harapan saja. Gerimis
mengundang pun turut mewarnai perjalananku dengan pak ojek. Akhirnya, tulisan
berwarna merah mulai Nampak di mata yang kian menatap asa karena beneran tuh
tetesan semakin besar walaupun tidak banyak. “KAWAH PUTIH” dengan huruf capital
semua, membuatku bernafas lega. Negosiasi dengan pak ojek pun berakhir gagal.
Pasalnya, dia maunya sekali jalan.
Padahal sudah sepakat untuk pulang pergi, ya sudahlah.
Setidaknya aku merasa senang hati, lantaran kakiku sudah berada di kawasan yang
telah kunantikan sepanjang perjalanan dari Luewi Panjang ke Ciwidey. Tidak ada salahnya
berbagi dan itu pun sesuai dengan perjalanan yang sukar.
Jam menunjukan pukul 11.00 WIB, saat aku berada di puncak eh
diatas Kawah Putih. Meskipun langit tidak bersahabat tetapi dewi keberuntungan masih
berada di pihak ku. Aku tidak perlu menanti lama untuk membayar tiket masuk
seharga Rp32.000 dan menunggu ontang-anting berjalan. Sungguh harapan yang
menyenangkan hati.
Tidak perlu cemas akan langit yang tumpah ruah menangis
nantinya. Aku sudah siap berbasah-basahan berada di wilayah ini. Wilayah pemandangan
yang menjadi daya tarik wisatawan asing untuk melirik keindahannya. Masa aku
kalah sama mereka yang sudah menikmatin sensasi ini. Tidak mau donk, aku kan
warga Negara Indonesia, seharusnya aku duluan yang menikmatin sensasi
pemandangan dari video klip Ungu kata orang-orang begitu.Tapi aku tidak tahu
video klip yang mana, maklum kagak ngefans tuh hahaha tapi beberapa lagunya she
suka didengarin tapi tidak pernah lihat videonya. Just love to hear wonderful
song eh lyric only.
Begitu turun dari ontang-anting yang berlalu bersama
rintikan hujan dan sensasi unik dari angin yang mengelitik, serta pemandangan
hijau dari hamparan pohon yang tersusun rapi. Sungguh apik dan menenangkan jiwa
yang bergelora. Mematikan kepahitan hidup, menelan kesedihan dan menghapuskan
galau yang menyayat hati. Semua gambaran akan kekacauan hidup itu hilang tanpa
jejak.
Semuanya yang ada hanya rasa syukur bahwa mataku terpesona
akan keindahan pemandangan yang aku lihat . Sambutan “hangat” penyewa payung pun
berdatangan, mengatakan menggunakan jasa payung pakai sepuasnya hanya dengan
membayar sepuluh ribu saja. Tetapi tawaran itu pun aku tolak!! Tolak dengan
baik-baik. Melihat sekeliling, ramai orang berfoto di bawah tulisan kedua KAWAH
PUTIH masih dengan huruf capital yang besar. Mereka Nampak mengabadikan
kebahagiaannya telah menginjakan kakinya disini.
Sayangnya, aku tidak
narsis dibawah tulisan tersebut. Karena bakalan susah bo foto sendiri di
tulisan itu hahaha. Ya cukup sekedarnya memfoto kegembiraan mereka dengan
kamera ponsel seadanya. Lalu, melanjutkan tujuan semula. Menikmatin pemandangan
kawah. (bersambung)
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1 ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
Judul: Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 1 ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
0 comments:
Posting Komentar
Thanks to leave good and polite comments here