Liburan ke Bandung
#2nd Days di Bandung
Part 2
Masih
kelanjutan cerita saat aku berada di Kawah Putih. Aku pun segera meninggalkan
tulisan kawah putih itu untuk melanjutkan tujuan utamaku yakni melihat kawah
putih yang nyata, bukan hanya sekedar tulisan saja. Tangga yang tersusun rapi dengan pagar
ditengah yang membedakan arus turun dan naik, membuatku kian tak sabar menurunin
setapak demi setapak tangga. Karena terkadang beberapa dari mereka mulai
melakukan eksis ditangga. Ya sudahlah, sabar saja untuk bisa melalui semuanya
itu.
Begitu berada di
bawah “WOW” aku ingin teriak senyaring-nyaringnya, “FINALLY I AM HERE, I AM HERE, YOU KNOW!!!!”
pasti beberapa kawan pada jealous melihatku berada di wilayah taburan
“putih” yang berkabut. Meskipun kabut dan asap balerang membuat suasana
terkesan mistik, membuatku semakin penasaran untuk melihatnya dari dekat dan
pastinya sama seperti yang lain melakukan esksis berfoto dengan pemandangan dan
selfie.
Hidup itu indah untuk
tidak mengabadikan setiap moment. Karena setiap moment itu sangat berharga
untuk dilewatkan tanpa adanya kenangan yang menyatakan kebenaran bahwa aku
telah menginjakan kaki disini dan foto ini bukan hasil editan booooo….. Tapi
beneran! Benar-benar datang seorang diri, tanpa rasa takut dan penyesalan
karena perjalanan yang jauh.
Banyak yang menawarkan mengambil foto
langsung jadi di aera yang diselemuti kabut putih yang menambah suasana yang
terkesan misterius. Mereka menawarkan dengan “sedikit” memaksa. Namun dengan
kukuh tetap menolak dengan lembut dan baik hati, serta dibumbuin senyuman
manis. Idih, yang ada malah menjadi-jadi tiada tara, pindah dah lokasi ke satu
sisinya.
Walaupun hujan turunnya malu-malu,
tidak ada satu pun yang gentar untuk tidak bertahan lama di Kawah Putih, banyak
manusia eksis baik muda maupun tua, semua berlebur menjadi satu dengan nuansa
dan aroma style yang berbeda. Seru dan menarik untuk dilihat dari kejauhan.
Asyik melihat gaya-gaya esksis yang berbeda, ada yang jump-jump berlagak
menjadi kanguru atau sekedar action “mesra” dengan sang pujangga hati.
Banyak hal yang bisa diamatin selain
tentu saja memandang kabut yang kian menebal di tambah asap balerang yang
mengepul ke atas. Selain itu warna danau disekeliling yang berwarna kehijauan
dan perpohonan yang hanya menyisakan batang dan ranting tanpa dedaunan yang
menghias tiap pohon yang ada disekeliling kawah.
Ditambah nuansa gunung yang
mengelilingi kawah membuat suasana dan sensasi pemandangan yang berbeda, dengan
deburan debu diantara bebatuan. Sungguh pesona mata yang menakjubkan.
Tidak terasa dan tidak disangka jam pun
telah berlalu dengan cepat, hampir satu jam berada di bawah kawah putih. Tiada
bosan mata memandang dan menikmatin itu semua. Sebelum berlalu meninggalkan
tempat yang mencuri space di hatiku. Seorang menawarkan kembali foto sekali
jadi. Dia menawarkan mengambil foto beberapa dan juga bersedia mengambil foto
melalui ponsel.
Tentu saja, pada akhirnya tawaran
dasyat itu aku terima. Walaupun tongsis juga sudah beraksi. Tidak ada salahnya,
hanya mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk bisa mendapatkan “tukang foto
private dadakan”. Ya sudah lah, mengambil beberapa action dan aku pun juga
memilih satu foto yang aku suka banget. Gaya-nya keren, wajah dapat dan lagi
pegang tongsis. Tetapi pada saat aku masih mengambil beberapa foto untuk
dokumen pribadi yang selfie, ma situ salah ngecetak.
Aku rasa memang sengaja, taktik dagang
supaya aku mengambil dua photo, dengan sengaja salah mengeprint foto tersebut.
Sumpah kalau aku tidak sedang berbaik hati, tuh foto tidak bakalan aku ambil.
Padahal photo yang kumau itu jelas-jelas tertanda di camera pocketnya. Karena
begitu dibuka di memori cameranya, itu photo berada di urutan pertama. Karena
geram, aku tidak mau mengeprintnya, sekarang menyesal. Karena tuh foto pas
banget tuk masuk ke background diaryku.
Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul
1, pertanda perjalanan memuaskan mata harus segera diakhiri. Niatan hati untuk
melanjutkan ke Situ Patenggang yang tidak seberapa jauh dari lokasi Kawah
Putih. Namun awan makin mengulung-gulung dengan warna hitam pekat yang
membuatku tetap berkomat-kamit, saat duduk manis di ontang-anting. Jangan hujan
donk, please! Bisa berabe kalau hujan
semua ponsel bisa basah. Karena lupa membawa plastic untuk menyimpan benda
elektronik dari “duka-nya” langit.
Saat keluar menuju tempat menunggunya
ontang-anting untuk kembali membawa diriku eh penumpang lain juga berada di
tempat penjualan loket Kawah Putih, sudah ada beberapa yang duduk di mobil yang
mirip kalau kita hendak berwisata di kebun binatang, tetapi warnanya berwarna
orange nyentrik. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk membuat mobil ini
berjalan, pasalnya pak supir tidak mau “rugi”, satu tempat duduk harus diisikan
empat orang, dan kalau tidak salah ingat, karena memang tidak dihitung ada
sekitar empat bangku berderet.
Namun, syukurlah tidak perlu menunggu
lama, karena mobil pun mulai meninggalkan area kawasan itu. Mobil itu pun
berjalan membuat hawa dingin semakin terasa, pemandangan hamparan pepohonan
yang basah tertimpa rintikan hujan membawa nuansa yang berbeda. Kala matahari enggan
menyerang dengan ganasnya sinar terangnya yang bisa menjadikan tempat itu gersang
dan panas tergantikan dengan rintikan hujan, sejuk hawa ini terasa di badan dan
hati.
Damai, perjalanan seorang diri
benar-benar membawa suasana berbeda, meskipun aku juga sering berpergian
seorang diri, tetapi itu sebatas urusan pekerjaan dan bukan untuk plesiran
seorang diri.
Berada di bawah tentunya perut sudah mulai menyanyikan lagu
secara serentak. Tidak perlu kuatir perutku, karena banyak yang jualan makanan
yang ditawarkan, harganya juga masih bisa dirogoh pakai kantong yang tidak
perlu terlalu dalam. Makanan standar tentunya yang ditawarkan, tetapi kalau
dingin-dingin berada di alam, aroma jagung bakar memang mantap. Turun saja sedikit,
di gerbang pintu masuk kawah putih. Disitu ada yang jual jagung bakar. Sambil
nunggu angkot, bisa sambil makan jagung bakar yang yummy….
Ingin beli oleh-oleh? Bisa, di situ juga tersedia berbagai
penjual oleh-oleh, terutama oleh-oleh makanan, dari buah yang fresh hingga yang
sudah dibuat manisan. Aku membeli manisan dan buah strawberry untuk dimakan
seorang diri tentunya :p Ternyata menunggu angkot yang berwarna kuning itu
sangat lama.
Jadi harap bersabar, niatan hati sudah bulat ke Situ
Patenggang tetapi cuaca tidak mendukung dan angkutan yang pertama yang terlihat
adalah angkutan yang kearah terminal. Jadilah aku naik, angkutan tersebut yang
penuh dengan berbagai barang dagangan dan juga perlengkapan kebun dari
penumpang angkot tersebut.
Mobil dengan gesitnya eh supirnya gih memainkan setiran yang
turunan yang terkesan “wew” mesti hati-hati, bisa dilalui. Sepanjang mata
memandang banyak tempat yang bisa aku singgahi terlebih dahulu, tetapi badan
sudah terasa capek dan lelah. Apalagi cuaca yang benar-benar tidak bersabahat
Cuma bisa membuatku memandang mereka sekilas dan berharap suatu saat nanti, aku
bisa menghampiri setiap tempat yang ditawarkan.
Tidak lama berselang mobil pun akhirnya memasukin terminal.
Lagi-lagi, nasib baik menungguku. Pasalnya, sudah ada mobil elf yang sudah
nongkrong dan hampir penuh. Alhasil, karena aku datang terakhir, aku
mendapatkan tempat duduk paling belakang. Tak apalah, daripada menanti lama.
Mmmm masih jam 2an, sampai ke terminal Luewi Panjang diperkirakan jam 3an. Masih
bisa mampir ke tempat sepatu yang terkenal itu di lokasi Bandung Utara.
Namun kembali lagi niatan itu diurungkan, karena begitu tiba
lagi-lagi hujan dan apalagi ibu-ibu yang duduk disebelahku menawarkan bareng
naik bis kota, kenapa tidak. Harga bis kota lebih murah dibanding naik angkot. Lagipula
memang cuaca tidak mendukung aku untuk ke Cibaduyut melihat sepatu, plus aku
memang tidak ada niatan membeli sepatu. Jadi, ya sudahlah.. Bus kota pun segera
melaju dari area terminal, busnya memang lumayan besar dan harga jauh dekat di
patok sama yakni Rp4000 sekali jalan.
Namanya bus kota, otomatis neh, banyak pengamen dan penjual.
Di kota mana saja, dua hal ini tidak bisa dipungkiri untuk dihilangkan.
Ironisnya, ini pengamennya anak yang masih berusia sekitar lima hingga tujuh
tahunan. Mereka berdua menari di dalam bus dengan iringan lagu “satu jam saja”
walah, demam dangdut pula ya.
Bus pun berlalu dan berganti pula pengamen dan penjual serta
penumpang. Serta akhirnya, aku pun turun di terminal ST Hall. Pada saat
melintas di kebon jati, aku melihat beberapa kuliner yang menurutku, unik.
Niatan hati pada saat itu mau turun, tetapi takut “nyasar” jadinya tidak. Eh,
ternyata area tersebut lumayan berjarak 300 meter dari terminal. Otomatis, begitu
turun aku pun mencoba berjalan disertai gerimis mengundah ke lokasi yang
membuatku “ngences” ingin mencoba makanan yang ada disitu.
Not bad, begitu pikirku saat melihat lokasi tempatnya yang
nyaman. Harganya juga masih terjangkau cukup murah. Menu yang disediakan hanya
berupa mie. Karena nama restaurantnya dan patung-patung yang terpajang sesuai
dengan namanya mie gajah. Pilihannya beragam, jadinya aku mencoba salah satu
yang menurutku menggelitik keingintahuanku. Apalagi rasa lapar juga sudah
menyertaiku seperjalanan ke terminal ST Hall.
Setelah puas makan, pengen mencoba dessert ice cream durian
yang lokasinya berjarak 100 meter dari mie gajah restaurant. Ya aku bertandang
kesana, harganya juga masih masuk akal. Coba deh. Aku tidak mau
merekomendasikan tempat makan, karena selera orang berbeda. Kalau aku bilang
tidak enak, menurut kamu enak, aku bilang enak menurutmu tidak. Jadi lebih
baik, aku dan kamu berbeda selera hahaha. Tetapi tidak perlu kuatir,
banyak banget makanan dan restaurant
yang ada di Bandung.
Tidak perlu takut kelaparan, lantaran tidak makan. Tapi beda
cerita kalau tidak ada duit (ups, budged sedikit bukan berarti kita harus
puasa) Banyak makanan angkirngan yang harga murah hingga mahal. Serta harga
murah di kedai juga banyak. Asal jangan lupa nanya dulu harga makanan sebelum
membeli, biar pada saat bayar tidak merasa “dirugikan” oleh penjual.
Setelah kenyang, berjalanan kaki pulang ke homestay, sambil
pulang mengambil beberapa pictures perjalanan ke homestay sapa tahu ada yang
nanya bisa dijelaskan melalui foto. Karena sumpah dah, lumayan masuk ke dalam
pelosok. Berbeda dengan penginapan pertamaku yang dipinggir jalan dan aksesnya
sangat mudah ditemukan. Mandi dan nonton serial film yang sudah terlanjur
diikutin. Terus ZzzzZZzzz untuk mempersiapkan energy yang lebih kuat lagi untuk
keesokan harinya. Sebelumnya sudah pesan ke karyawan homestay untuk mengantar
makanan sekitar jam 06.30 WIB. (Tamat)
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2 ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
Judul: Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tetesan Kawah Putih Pesona Mata Bagian 2 ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
0 comments:
Posting Komentar
Thanks to leave good and polite comments here