Masih teringat jelas, ketika aku membuka kerdus yang baru saja diterima
di rumah yang dikirimkan melalui kantor pos. Dari sebuah kota pelajar, ya
pemiliknya sudah duduk manis di rumah, tetapi barangnya baru tiba sebulan
kemudian. Asyik-asyiknya membongkar muatan –ups- isi kardus, tiba-tiba hujan
datang menguyur bumi, tanpa tanda awan hitam menggantung di langit-langit biru.
Ya, hujan turun dengan derasnya dan aku masih tenggelam dalam kenangan masa
studi di kota pelajar itu.
Kemudian, pintu ruangan itu memang tidak aku tutup. Soalnya,
biasa pulau kecil ini kalau hujan selalu diiringi dengan pemadaman listrik,
tanpa tahu pasti alasannya.
Tok tok tok bunyi pintu di ketuk dan membuyarkan lamunanku yang
jauh disana.
“Beli korannya dong kak,” ujar anak kecil yang nada suaranya
menggigil.
“Koran apaan?” tanyaku.
Ini, dia menyodorkan salah satu koran merah itu (maksud koran
merah bukanlah di cetak dengan tinta merah tetapi koran yang lebih fokus
menceritakan mengenai kriminalitas itu). Awalnya, aku tidak tertarik untuk
membelinya, tetapi karena kasihan sama si bocah tenggil ini. Aku pun membeli
korannya dengan nilai dua kali lipat, kasihan untuk dia dan teman-temannya yang
kehujanan dan masih mengedarkan koran tersebut.
Aku pun hanyut dalam bacaan tulisan yang tertera pada koran
merah itu. Mataku tiba-tiba terfokus pada……………….. tulisan……………. Mengenai……..
eits jangan berburuk sangka dulu, kalau membaca korban jambret sudah biasa kali
ya. Mataku tertuju pada lowongan kerja yang membutuhkan wartawan-wartawati.
Aku menganggap ini adalah sinyal yang baik buatku. Apalagi persyaratanku
mencukupin itu semua. Aku segera menuliskan lamaran dan mengirimkannya keesokan
harinya. Setelah itu, aku melupakannya. Tiba-tiba disuatu siang, ponsel jadulku
berbunyi dan kabar baik pun datang. Aku dipanggil untuk interview. Aku senang
sekali, jantungku berdebar sangat-sangat sangat-sangat sangat-sangat
keeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnccccccccccccccaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnngggggggg..
is my dream come true? Begitulah bisikan
sanubariku. Apakah keinginanku menjadi seorang penulis yang sempat mati
bertahun-tahun karena tidak adanya dukungan akan menjadi nyata, menjadi seorang
wartawati di media merah ini? Entahlah, aku juga tidak tahu tetapi aku tidak
sabar menanti sinyal yang akan mengubah kehidupanku nanti.
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Suatu Pertanda
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Suatu Pertanda ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
Judul: Suatu Pertanda
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Suatu Pertanda ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
0 comments:
Posting Komentar
Thanks to leave good and polite comments here