Minggu, 31 Januari 2016

Suatu Pertanda

Masih teringat jelas, ketika aku membuka kerdus yang baru saja diterima di rumah yang dikirimkan melalui kantor pos. Dari sebuah kota pelajar, ya pemiliknya sudah duduk manis di rumah, tetapi barangnya baru tiba sebulan kemudian. Asyik-asyiknya membongkar muatan –ups- isi kardus, tiba-tiba hujan datang menguyur bumi, tanpa tanda awan hitam menggantung di langit-langit biru. Ya, hujan turun dengan derasnya dan aku masih tenggelam dalam kenangan masa studi di kota pelajar itu.


Kemudian, pintu ruangan itu memang tidak aku tutup. Soalnya, biasa pulau kecil ini kalau hujan selalu diiringi dengan pemadaman listrik, tanpa tahu pasti alasannya.
Tok tok tok bunyi pintu di ketuk dan membuyarkan lamunanku yang jauh disana.

“Beli korannya dong kak,” ujar anak kecil yang nada suaranya menggigil.

“Koran apaan?” tanyaku.

Ini, dia menyodorkan salah satu koran merah itu (maksud koran merah bukanlah di cetak dengan tinta merah tetapi koran yang lebih fokus menceritakan mengenai kriminalitas itu). Awalnya, aku tidak tertarik untuk membelinya, tetapi karena kasihan sama si bocah tenggil ini. Aku pun membeli korannya dengan nilai dua kali lipat, kasihan untuk dia dan teman-temannya yang kehujanan dan masih mengedarkan koran tersebut.

Aku pun hanyut dalam bacaan tulisan yang tertera pada koran merah itu. Mataku tiba-tiba terfokus pada……………….. tulisan……………. Mengenai…….. eits jangan berburuk sangka dulu, kalau membaca korban jambret sudah biasa kali ya. Mataku tertuju pada lowongan kerja yang membutuhkan wartawan-wartawati.


Aku menganggap ini adalah sinyal yang baik buatku. Apalagi persyaratanku mencukupin itu semua. Aku segera menuliskan lamaran dan mengirimkannya keesokan harinya. Setelah itu, aku melupakannya. Tiba-tiba disuatu siang, ponsel jadulku berbunyi dan kabar baik pun datang. Aku dipanggil untuk interview. Aku senang sekali, jantungku berdebar sangat-sangat sangat-sangat sangat-sangat keeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnccccccccccccccaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnngggggggg.. 

is my dream come true? Begitulah bisikan sanubariku. Apakah keinginanku menjadi seorang penulis yang sempat mati bertahun-tahun karena tidak adanya dukungan akan menjadi nyata, menjadi seorang wartawati di media merah ini? Entahlah, aku juga tidak tahu tetapi aku tidak sabar menanti sinyal yang akan mengubah kehidupanku nanti.
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Suatu Pertanda
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Suatu Pertanda ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP

0 comments:

Posting Komentar

Thanks to leave good and polite comments here

 

The words is WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang