Minggu, 14 Februari 2016

Jalan Dago dan Jalan Braga

Liburan ke Bandung

Masih #1 Days di Bandung (Part 2)

Sepanjang jalan di Dago, mataku benar-benar dimanjakan dengan outlet barang-barang baju distro yang menggoda untuk dijelajahi. Apalagi dengan tulisan-tulisan diskon. Aduh, pengen shopping deh. Dijamin barang di Bandung memang bagus dan murah meriah, meskipun mahal masih belum terlalu dalam merogoh kantong dibagian dasar :p sindrom mak-mak kambuh.


Mata harus focus ke jalan bukan ke factory discount shops. Tapi beneran buat ngences lho. Ntar next time mampir deh ke Dago untuk melihat etalasenya yang menawan mata dan menggoda untuk menginjakan kaki disana, kagak bohong, beneran!!!!!

Angkot yang tadinya penuh beranggsur-anggsur berkurang, jalanan  mulai menanjak. Aku Tanya pak sopir mengenai tempat penginapan tomat…… pak sopir yang baik hati pun menurunkan aku di depan penginapan tersebut. Hendak turun, neh barang yang dua bagian satu koper dan tas ransel yang saat itu posisinya kutaruh di depan, dengan badan yang seksi ini turun, tidak bisa menjaga keseimbangan di angkot, alhasil sumpah sakit dan malu banget tuh berada disini (pegang wajah tertunduk lesu), tetapi apa daya ini kisah nyata yang terjadi seumur hidupku, aku terjatuh pada saat mau turun dari angkot dengan pantat nungging keatas boooo… super tensin tapi mengusahakan tersenyum dan mengumpulkan kepercayaan diri, untung pantat aku seksi. Jadi gak perlu malu hahahaha. Bayar deh angkot sebesar 5000 saja padahal perjalanannya lumayan jauh lho.

Angkot berlalu, rasa sakit dan malu masih tersisa di wajah. Terlebih lagi tangan kanan yang rasanya keseleo karena Manahan badan agar tidak tersungkur banget di lantai plus untungnya tas ransel di depan. Jadi tidak terlalu sakit banget deh, menabahkan diri sendiri dan lagi untuk laptop juga dalam kondisi baik. Soalnya satu-satunya harta berharga yang kumiliki hohoho.

Penginapan Pertama

Melihat lokasi penginapannya rasanya bagus dan nyaman, ada banyak pohon rindang di depan terasa sangat sejuk. Sedangkan sebelah kanan sudah ada pos sekuriti, masuk dikit dari pos sekuriti masih di sebelah kanan juga, ada ruang kecil yang bertuliskan front desk alias resepsionis. Datang deh kesana, dengan harapan harga kamar masih berkisar 150.000, karena budged termahal untuk kamar harganya 150.000 dan budged termurah 80.000.

Mencoba masuk ke dalam, sepi. Tidak lama kemudian bukan uka-uka lho, tetapi seorang pria pun keluar, nanya-nanya harga kamar, wajah dikit berubah saat mengetahui harganya. Harga paling murah 220.000, sebenarnya she kalau melihat kondisi tempat tinggalnya itu harga lumayan murah tetapi budged kali ini tidak memperbolehkan aku menginap. Aku Tanya-tanya apakah lokasi ini dekat dengan tempat wisata, dia bilang jauh, tambah keder pula diriku yang sedang berjuang bersenang-senang dan menulis buku dikemudian hari (apabila memungkinkan dalam versi bahasa inggris).

 Ah, puyeng kepala dan lapar juga neh perut tiba-tiba. Rupanya ayam sepotong tidak bisa bertahan lama di perut seksi ini, ih di larang jealous, diriku kan memang seksi lho :p.

Tanya pak sekuriti yang hatinya baik banget, entah kenapa kali ini mendadak mendapatkan gambaran untuk menginap saja di Jalan Braga. Karena itu, kota tua ala Bandung, aku juga tidak tahu apakah itu juga menyediakan kamar eh penginapan harga murah. Setidaknya, tidak ada salahnya mencoba dari pada tidur di alam terbuka dengan badan yang sudah lengket dan pegel.

Mana jam sudah menunjukan pukul 01.30 WIB. Alhasil nunggu kurang lebih lima menit, eh bapak sekuriti masih membantu mencarikan angkot, padahal saya nggak ada kasih tips lho tapi dia berbaik hati menanyakan ke supir angkot apakah ini angkot melewati jalan braga. Eh, aku kembali naik angkot ST Hall – Dago, karena hanya ini satu-satunya angkot yang melewati jalan Braga. Meskipun banyak angkot berseleweran dimana-mana dengan tulisan Dago.

Bye bye pak sekuriti, makasih ya. Aku mau menlanjutkan perjalanan yang masih panjang 60 jam di Bandung. Perjalanannya masih sama melewati pemandangan yang menggiurkan, kalau ini badan tidak terasa lelah dan ingin mandi. Pasti aku sudah turun di sepanjang jalan Dago yang memamerkan outlet yang membuat mata ungu (kan bukan duit yang masuk sehingga matanya hijau tapi keluar duit jadi mata ungu aja deh).

Nelen ludah dan melihat taman dengan tulisan DAGO huruf besar semua alias capital gitu lho. Di depan huruf D yang per huruf memiliki jarak yang lumayan jauh, terjadi penampakan beberapa bapak berseragam hijau sedang narsis di depan, itu pun dibisik-bisikin dua remaja yang satu angkot dengan aku dan mereka pun cekakak-cekikik melihat adegan “super hot” para bapak berseragam hijau yang tetap eksis menunjukan jati diri pekerjaanya, mantap!!!! Lanjutkan perjuanganmu pak.


Selang lima menit, dua orang perempuan pun naik, ih mereka mau shopping karena tak lama naik, mereka pun turun di depan mall. DUH. Enak banget ya hahaha, memang benar apa yang dikatakan burung-burung terbang, Bandung adalah surganya shopping. Jadi shopping di Bandung memang tidak ada matinya, mengingatkan aku dengan Singapura di setiap bulan tertentu, mereka menggelar sales besar-besaran dengan tema clearing sale or apapun itu untuk menggaet wisatawan untuk bershopping ria.

Mau tau siapa yang berbelanja disana? Yup, benar sekali, yang berbelanja mayoritas adalah orang Indonesia. Mereka memberikan devisa yang banyak bagi tuh Negara tetangga. Kenapa, kita tidak seperti burung Beo, yang bisa meniru?? Bukan kah meniru yang baik tidak ada salahnya untuk meningkatkan perekonomian plus juga kemakmuran pekerja dan pengusaha, sama-sama untung Jadi aku yang notabenenya pekerja juga untung.

Untung lah perjalananku segera berakhir di pertigaan, sebelum neh pikiran terbang kemana-mana. Jalan braga ada di sisi kiri jalan dari angkot yang aku naikin. Aku diturunkan pas di pertigaan dan tinggal jalan terus saja, itu adalah jalan Braga.

Oh ya, system jalan di Bandun rada-rada membingungkan karena masih banyak tempat yang hanya satu arah. Namun sayangnya, sepertinya dewi fortuna tidak berpihak padaku? Kenapa, karena lagi-lagi ini jalan masih dalam tahap pembangunan. Pemerintah Bandung, sedang mengadakan pembangunan jalan, menurut informasi yang kudapat, mereka hendak bangun tempat untuk pejalan kaki. Karena beneran, jalan Braga sangat padat dan macet. Padahal jalannya Cuma sepetak, gak sebanding dengan lalulintas kendaraan yang melalui jalan ini.

Mataku tidak bisa dimanjakan dengan keindahan jalan Braga seperti yang kubayangkan waktu melihat di buku-buku mengenai jalan Braga, kota Tua Bandung. Debu bertebrangan, jalan pun sangat sukar karena melawan arah arus kendaraan. Tetapi setelah sekitar 15 menit berjalan, karena pejalan kaki pun terkena imbasnya, macet, bayangkan saja banyak kendaraan yang dipakir di pingir jalan, mobil dan motor saling “balap-balapan” dan pejalan kaki tetap saja bersabar menanti space untuk bisa berjalan diantara tebaran debu yang tidak pernah berhenti.

Duh, makin pegel dan lelah. Akhirnya tulisan yang aku cari  Chezz Bon Hostel.  Rasanya itu bagaikan mmmmmm, anak kecil yang membayangkan mendapatkan permen coklat dan ice cream yang banyak disaat ulangtahun. Senang banget, penderitaanku segera berakhir menggendong tas yang super berat, serta menyeret dan sekali-kali mengangkat koper yang imut tapi beratin banget.

Mau masuk ke Chezz Bon Hostel butuh dikit perjuangan. Karena masih dalam “status perbaikan jalan” jadi sepanjang jalan arah kanan kalau melawan arus dalam proses pembongkaran badan jalan. Jadinya harus melewati “papan” penyebrangan. Begitu melihat kooridornya, ruang bawah tidak terlalu besar, hanya sebesar koridor yang hanya bisa muat satu arah. Disitu ada tulisan sekuriti, tetapi tidak ada bapak yang berseragam putih yang duduk. Alhasil saya harus naik ke atas untuk mendapatkan informasi lebih jauh lagi.

Naik-naik ke puncak gunung, eh ke puncak lantai dua yang membutuhkan beberapa ekstra tenaga yang sudah terkuras melawan arus lalu lintas yang padat di Jalan Braga. Viola, aku sampai juga dan bertemu mbak-mbak hitam manis yang cantik. Dia bertanya, saya menjawab sabar ya mba, numpang duduk dulu, (nyambung banget gak she, dia nanya apa ada yang bisa dibantu, hahaha) Masa Cuma numpang duduk. Pusssss pantat pun saya daratkan di bangku yang tidak terlalu empuk tetapi lumayan bisa didudukin. Setelah beberapa menit dan mengumpulkan nafas yang ada, lalu. Saya pun mendatangi meja resepsionis, bertanya apa masih ada ruang kosong. Ternyata masih ada beberapa ruangan kosong, aku memilih shared room karena harga untuk itu yang paling super damper murah di hostel ini yakni Rp120.000,- per night, sudah termasuk sarapan pagi.

Saat memasuki kamar dan dikasih kunci loker untuk barang, benar-benar seperti memasuki asrama. Karena ada sepuluh tempat tidur tingkat dan masing-masing tempat tidur dikasih lampu baca dan tempat untuk charger barang elektronik. Lumayan adem karena posisi tempat tidurku dekat AC. Ya harga segitu tentu saja sebanding dengan apa yang kamu dapat. Kebetulan kamar tersebut terisi lima orang, jadi kami berenam di kamar tersebut. Begitulah kira-kira pengamatanku sekilas mengenai ruangan yang kumasukin ini.

Jam sudah menunjukan pukul 02.10, saat aku berada di ruangan yang sunyi itu. Aku putuskan untuk mandi dan beristirahat sejenak. Membaringkan badan yang penat di kasur dengan sprei warna putih benar-benar nikmat, asal tidak membayangkan bangsal rumah sakit saja haha jadi kagak asyik jadinya. Baring berbaring sungguh asyik. Apalagi ditemanin dengan ponsel buntut kesayangan sambil ngecek-ngecek email, eksis tetap nomor satu bukan? Aku dan kamu beda, aku bisa hidup tanpamu tetapi aku tidak bisa hidup tanpa ponselku hahaha, charger dulu.


Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Jalan Dago dan Jalan Braga
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Jalan Dago dan Jalan Braga ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP

4 comments:

  1. Waah..solo travelling. belum kesampaian sampai saat ini, salut buat mba yg sudah berani melangkah ~_^

    BalasHapus
  2. @all about all
    minggu depan kelanjutannya

    BalasHapus
  3. @mba Shie Thie
    awalnya deg degan juga mbak, tapi seru juga ternyata.... lost in the city gitu hehehe

    BalasHapus

Thanks to leave good and polite comments here

 

The words is WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang