Liburan ke
Bandung
Masih #1
Days di Bandung (Part 2)
Sepanjang
jalan di Dago, mataku benar-benar dimanjakan dengan outlet barang-barang baju
distro yang menggoda untuk dijelajahi. Apalagi dengan tulisan-tulisan diskon.
Aduh, pengen shopping deh. Dijamin barang di Bandung memang bagus dan murah
meriah, meskipun mahal masih belum terlalu dalam merogoh kantong dibagian dasar
:p sindrom mak-mak kambuh.
Mata harus
focus ke jalan bukan ke factory discount shops. Tapi beneran buat ngences lho.
Ntar next
time mampir deh ke Dago untuk melihat etalasenya yang menawan mata
dan menggoda untuk menginjakan kaki disana, kagak bohong, beneran!!!!!
Angkot yang
tadinya penuh beranggsur-anggsur berkurang, jalanan mulai menanjak. Aku Tanya pak sopir mengenai
tempat penginapan tomat…… pak sopir yang baik hati pun menurunkan aku di depan
penginapan tersebut. Hendak turun, neh barang yang dua bagian satu koper dan
tas ransel yang saat itu posisinya kutaruh di depan, dengan badan yang seksi ini
turun, tidak bisa menjaga keseimbangan di angkot, alhasil sumpah sakit dan malu
banget tuh berada disini (pegang wajah tertunduk lesu), tetapi apa daya
ini kisah nyata yang terjadi seumur hidupku, aku terjatuh pada saat mau turun
dari angkot dengan pantat nungging keatas boooo… super tensin
tapi mengusahakan tersenyum dan mengumpulkan kepercayaan diri, untung pantat
aku seksi. Jadi gak perlu malu hahahaha. Bayar deh angkot sebesar 5000 saja padahal perjalanannya lumayan jauh
lho.
Angkot
berlalu, rasa sakit dan malu masih tersisa di wajah. Terlebih lagi tangan kanan
yang rasanya keseleo karena Manahan badan agar tidak tersungkur banget di
lantai plus
untungnya tas ransel di depan. Jadi tidak terlalu sakit banget deh, menabahkan
diri sendiri dan lagi untuk laptop juga dalam kondisi baik. Soalnya satu-satunya
harta berharga yang kumiliki hohoho.
Penginapan
Pertama
Melihat
lokasi penginapannya rasanya bagus dan nyaman, ada banyak pohon rindang di
depan terasa sangat sejuk. Sedangkan sebelah kanan sudah ada pos sekuriti,
masuk dikit dari pos sekuriti masih di sebelah kanan juga, ada ruang kecil yang
bertuliskan front desk alias
resepsionis. Datang deh kesana, dengan harapan harga kamar masih berkisar 150.000, karena budged termahal untuk kamar
harganya 150.000 dan budged termurah 80.000.
Mencoba
masuk ke dalam, sepi. Tidak lama kemudian bukan uka-uka lho, tetapi seorang
pria pun keluar, nanya-nanya harga kamar, wajah dikit berubah saat mengetahui
harganya. Harga paling murah 220.000,
sebenarnya she kalau melihat kondisi tempat tinggalnya itu harga lumayan murah
tetapi budged kali ini tidak memperbolehkan aku menginap. Aku Tanya-tanya
apakah lokasi ini dekat dengan tempat wisata, dia bilang jauh, tambah keder
pula diriku yang sedang berjuang bersenang-senang dan menulis buku dikemudian
hari (apabila memungkinkan dalam versi bahasa inggris).
Ah, puyeng kepala dan lapar juga neh perut
tiba-tiba. Rupanya ayam sepotong tidak bisa bertahan lama di perut seksi ini,
ih di larang jealous,
diriku kan memang seksi lho :p.
Tanya pak
sekuriti yang hatinya baik banget, entah kenapa kali ini mendadak mendapatkan
gambaran untuk menginap saja di Jalan Braga. Karena itu, kota tua ala Bandung,
aku juga tidak tahu apakah itu juga menyediakan kamar eh penginapan harga
murah. Setidaknya, tidak ada salahnya mencoba dari pada tidur di alam terbuka
dengan badan yang sudah lengket dan pegel.
Mana jam
sudah menunjukan pukul 01.30 WIB. Alhasil nunggu kurang lebih lima menit, eh
bapak sekuriti masih membantu mencarikan angkot, padahal saya nggak ada kasih
tips lho tapi dia berbaik hati menanyakan ke supir angkot apakah ini angkot
melewati jalan braga. Eh, aku kembali naik angkot ST Hall – Dago, karena hanya
ini satu-satunya angkot yang melewati jalan Braga. Meskipun banyak angkot
berseleweran dimana-mana dengan tulisan Dago.
Bye bye pak
sekuriti, makasih ya. Aku mau menlanjutkan perjalanan yang masih panjang 60 jam
di Bandung. Perjalanannya masih sama melewati pemandangan yang menggiurkan,
kalau ini badan tidak terasa lelah dan ingin mandi. Pasti aku sudah turun di
sepanjang jalan Dago yang memamerkan outlet yang membuat mata ungu (kan bukan duit yang
masuk sehingga matanya hijau tapi keluar duit jadi mata ungu aja deh).
Nelen ludah
dan melihat taman dengan tulisan DAGO huruf besar semua alias capital gitu lho.
Di depan huruf D yang per huruf memiliki jarak yang lumayan jauh, terjadi
penampakan beberapa bapak berseragam hijau sedang narsis di depan, itu pun
dibisik-bisikin dua remaja yang satu angkot dengan aku dan mereka pun cekakak-cekikik
melihat adegan “super hot” para bapak berseragam hijau yang tetap eksis
menunjukan jati diri pekerjaanya, mantap!!!! Lanjutkan perjuanganmu pak.
Selang lima
menit, dua orang perempuan pun naik, ih mereka mau shopping karena tak lama
naik, mereka pun turun di depan mall. DUH. Enak banget ya hahaha, memang benar
apa yang dikatakan burung-burung terbang, Bandung adalah surganya shopping. Jadi
shopping di Bandung memang tidak ada matinya, mengingatkan aku dengan Singapura
di setiap bulan tertentu, mereka menggelar sales besar-besaran dengan tema
clearing sale or apapun itu untuk menggaet wisatawan untuk bershopping ria.
Mau tau
siapa yang berbelanja disana? Yup, benar sekali, yang berbelanja mayoritas
adalah orang Indonesia. Mereka memberikan devisa yang banyak bagi tuh Negara
tetangga. Kenapa, kita tidak seperti burung Beo, yang bisa meniru?? Bukan kah
meniru yang baik tidak ada salahnya untuk meningkatkan perekonomian plus juga
kemakmuran pekerja dan pengusaha, sama-sama untung Jadi aku yang notabenenya
pekerja juga untung.
Untung lah
perjalananku segera berakhir di pertigaan, sebelum neh pikiran terbang
kemana-mana. Jalan braga ada di sisi kiri jalan dari angkot yang aku naikin.
Aku diturunkan pas di pertigaan dan tinggal jalan terus saja, itu adalah jalan
Braga.
Oh ya,
system jalan di Bandun rada-rada membingungkan karena masih banyak tempat yang
hanya satu arah. Namun sayangnya, sepertinya dewi fortuna tidak berpihak
padaku? Kenapa, karena lagi-lagi ini jalan masih dalam tahap pembangunan.
Pemerintah Bandung, sedang mengadakan pembangunan jalan, menurut informasi yang
kudapat, mereka hendak bangun tempat untuk pejalan kaki. Karena beneran, jalan
Braga sangat padat dan macet. Padahal jalannya Cuma sepetak, gak sebanding
dengan lalulintas kendaraan yang melalui jalan ini.
Mataku
tidak bisa dimanjakan dengan keindahan jalan Braga seperti yang kubayangkan
waktu melihat di buku-buku mengenai jalan Braga, kota Tua Bandung. Debu
bertebrangan, jalan pun sangat sukar karena melawan arah arus kendaraan. Tetapi
setelah sekitar 15 menit berjalan, karena pejalan kaki pun terkena imbasnya,
macet, bayangkan saja banyak kendaraan yang dipakir di pingir jalan, mobil dan
motor saling “balap-balapan” dan pejalan kaki tetap saja bersabar menanti space
untuk bisa berjalan diantara tebaran debu yang tidak pernah berhenti.
Duh, makin
pegel dan lelah. Akhirnya tulisan yang aku cari
Chezz Bon Hostel. Rasanya itu bagaikan mmmmmm, anak kecil yang
membayangkan mendapatkan permen coklat dan ice cream yang banyak disaat
ulangtahun. Senang banget, penderitaanku segera berakhir menggendong tas yang
super berat, serta menyeret dan sekali-kali mengangkat koper yang imut tapi
beratin banget.
Mau masuk
ke Chezz Bon Hostel butuh dikit perjuangan. Karena masih dalam “status
perbaikan jalan” jadi sepanjang jalan arah kanan kalau melawan arus dalam
proses pembongkaran badan jalan. Jadinya harus melewati “papan” penyebrangan. Begitu
melihat kooridornya, ruang bawah tidak terlalu besar, hanya sebesar koridor
yang hanya bisa muat satu arah. Disitu ada tulisan sekuriti, tetapi tidak ada
bapak yang berseragam putih yang duduk. Alhasil saya harus naik ke atas untuk
mendapatkan informasi lebih jauh lagi.
Naik-naik
ke puncak gunung, eh ke puncak lantai dua yang membutuhkan beberapa ekstra
tenaga yang sudah terkuras melawan arus lalu lintas yang padat di Jalan Braga.
Viola, aku sampai juga dan bertemu mbak-mbak hitam manis yang cantik. Dia
bertanya, saya menjawab sabar ya mba, numpang duduk dulu, (nyambung banget gak
she, dia nanya apa ada yang bisa dibantu, hahaha) Masa Cuma numpang duduk.
Pusssss pantat pun saya daratkan di bangku yang tidak terlalu empuk tetapi
lumayan bisa didudukin. Setelah beberapa menit dan mengumpulkan nafas yang ada,
lalu. Saya pun mendatangi meja resepsionis, bertanya apa masih ada ruang
kosong. Ternyata masih ada beberapa ruangan kosong, aku memilih shared room
karena harga untuk itu yang paling super damper murah di hostel ini yakni
Rp120.000,- per night, sudah termasuk sarapan pagi.
Saat
memasuki kamar dan dikasih kunci loker untuk barang, benar-benar seperti
memasuki asrama. Karena ada sepuluh tempat tidur tingkat dan masing-masing
tempat tidur dikasih lampu baca dan tempat untuk charger barang elektronik.
Lumayan adem karena posisi tempat tidurku dekat AC. Ya harga segitu tentu saja
sebanding dengan apa yang kamu dapat. Kebetulan kamar tersebut terisi lima
orang, jadi kami berenam di kamar tersebut. Begitulah kira-kira pengamatanku
sekilas mengenai ruangan yang kumasukin ini.
Jam sudah
menunjukan pukul 02.10, saat aku berada di ruangan yang sunyi itu. Aku putuskan
untuk mandi dan beristirahat sejenak. Membaringkan badan yang penat di kasur
dengan sprei warna putih benar-benar nikmat, asal tidak membayangkan bangsal
rumah sakit saja haha jadi kagak asyik jadinya. Baring berbaring sungguh asyik.
Apalagi ditemanin dengan ponsel buntut kesayangan sambil ngecek-ngecek email,
eksis tetap nomor satu bukan? Aku dan kamu beda, aku bisa hidup tanpamu tetapi
aku tidak bisa hidup tanpa ponselku hahaha, charger dulu.
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Jalan Dago dan Jalan Braga
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Jalan Dago dan Jalan Braga ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
Judul: Jalan Dago dan Jalan Braga
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Jalan Dago dan Jalan Braga ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
kapan lanjutannya lagi?
BalasHapusWaah..solo travelling. belum kesampaian sampai saat ini, salut buat mba yg sudah berani melangkah ~_^
BalasHapus@all about all
BalasHapusminggu depan kelanjutannya
@mba Shie Thie
BalasHapusawalnya deg degan juga mbak, tapi seru juga ternyata.... lost in the city gitu hehehe