Cerpen Dewasa : Lelaki Tua
Lelaki tua itu berjalan terseok-seok, langkahnya tidak lagi
sekuat dulu tetapi dia tidak mempedulikan keadaan kakinya yang sudah mulai
melemah, membawa beberapa koran pagi di dalam pelukannya. Beradu cepat dengan
debu dan polusi yang bertebaran di pagi hari.
Meskipun tertatih-tatih, dia tidak peduli, senyumnya tak pernah
memudar meskipun keadaannya sangat buruk. Banyak orang prihatin pada kondisi
keadaannya dan membeli selembar koran dari dagangannya. Walaupun mungkin koran
itu hanya dibiarkannya di dalam mobil tanpa berniat untuk membacanya. Tetapi koran
tersebut merupakan bentuk nafkah baginya si penjaja koran.
Panas semakin terik, tanda siang semakin jelas. Peluh sudah
bercucuran di kening, dahi hingga ke pipi. Namun tak dihiraukan sengat panas sang
mentari yang memencarkan gairahnya pada bumi ini. Langkah yang kian melambat
itu terus saja berjalan dari satu tempat ke tempat lain, saat lampu merah. Ya,
apalagi kalau tidak menawarkan dagangannya, koran!
Akhirnya, dia bisa tersenyum karena koran dalam pelukannya sudah
habis terjual. Dia pun berjalan perlahan untuk membayar setoran koran. Duduk manis
sambil menyantap hidangan siang yang terbungkus pada koran bekas.
Rasa nikmat jelas terpapar pada sorot matanya, meski hanya
menyantap nasi dan lauk seadanya. Orang berjalan silih berganti, terkadang
berhenti hanya menatap pria tua yang menyantap makan beralas koran. Setelah itu,
mereka pun berlalu bersama deru cepatnya kendaraan.
Lelaki tua itu hendak berjalan setelah menikmatin makan siang
seadanya itu, dia kembali melangkahkan kaki dan terhenti, saat melihat
anak-anak yang sedang memungut sisa-sisa makanan dari tong sampah. Tak tega
melihat bocah kecil itu mengais sisa makanan, diberikannya sedikit dari hasil
kerja kerasnya seharian penuh. Sehingga anak itu bisa menikmatin makan siang
sepertinya.
Tangannya bergetar menyerahkan uang recehan pada bocah kecil
itu. Sang bocah menatap tak percaya bahwa dia diberi uang oleh pria tua yang
sesekali dilihatnya mengendarkan koran kepada penumpang di jalan raya. Diterimanya
uang tak seberapa itu dari hati yang tulus.
Berkah berbagi bagi sang pria tua itu sangat bernilai baginya. Tidak
ada pemberitaan mengenai pria tua itu di sosial media. Tetapi dia tetap
menikmatin hidup dari kesederhanaan dan kemiskinannya tak membuatnya menutup
mata hati untuk berbagi.
Pria tua itu tak lagi kelihatan di mana pun, tak seorang pun
tahu di mana rumah pria tua si penjual koran. Banyak yang kehilangan, walau
hanya sesaat, posisi pak tua itu pun terganti dengan cepat. Semua melupakan
keberadaan lelaki tua itu.
Ditulis oleh; Arndt SP
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Lelaki Tua
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Lelaki Tua ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
Judul: Lelaki Tua
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Lelaki Tua ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
0 comments:
Posting Komentar
Thanks to leave good and polite comments here