Liburan ke Bandung
Masih #1st
day di Bandung (part 3-end)
Jangan buang-buang waktu, begitu pikirku saat melihat ponsel
sudah penuh. Mari melanjutkan pertualangan mencari kesenangan dengan sensasi
yang berbeda. Bukankah hidup itu sudah complicated kenapa mesti dibuat susah.
Kaki pun berjalan menelusuri jalan yang masih melawan arus hingga tiba di
Gedung Asia-Afrika.
Mencoba untuk masuk, wah sayang banget yang ada gedungnya
tutup hari Senin, hanya perpustakaan Asia-Afrika saja yang buka. Tidak apalah
masuk dan melihat-lihat sekitar, banyak buku yang terpajang di rak-rak buku
tersebut.
Berbincang-bincang dengan penjaga perpustakaan, lalu
disarankan deh mencoba menggunakan computer yang tersedia empat unit dengan
adanya akses internet jika beruntung. Rupanya dewi fortuna masih baik-baik-baik
banget sama aku, internetnya terkoneksi. Browsing-browsing sejenak sambil
ngademkan badan dan melihat peluang kemana sehabis dari perpustakaan ini.
Baiklah mari kita ke alun-alun kota Bandung. Nah, kakiku
menelusurin jalan Braga dan mentok kesebelah kanan. Ada tulisan gedung Sate,
ini juga gedung peninggalan zaman Belanda bukan? Maaf, saya tidak terlalu
“demam” sama sejarah tetapi mataku sangat menikmatin bagunan kuno (Padahal mantan
pacar asal Belanda dulu, kalau datang ke Jakarta saat aku masih kerja di
Jakarta, dia senang banget mengunjungi bangunan-bangunan dimana saat itu Belanda
yang merancangnya. Katanya bangunan masa dulu itu indah dan menarik. Sayang,
karena perbedaan keyakinan dimana dia tidak memiliki keyakinan terpaksa harus
bubar jalan grak). Kaki pun terus melangkah dan tralalala-lala
hatiku gembira, aku tiba di alun-alun kota Bandung.
Ih, sebel.. lagi-lagi sebel hehehe, bagi turis local seperti
aku yang tidak bisa menginjakan kaki ke alun-alun, padahal perjalanan jauh
banget lho, kan pengen menikmati suasana sore hari di alun-alun. Tetapi ya
sudahlah, karena pemerintah setempat masih giat membangun. Berarti bagus dong
untuk meningkatkan pencitraan dan juga pastinya menarik wisatawan untuk
menikmati setiap seluk-beluk kota Bandung.
Di dekat alun-alun tersedia ruang informasi, nah kebanyakan
neh yang datang kesitu adalah turis mancanegera. Mana neh turis lokalnya, tidak
seru donk kalau bertandang ke kota orang tanpa melihat peta setempat, walaupun
sudah tahu wisata apa saja yang tersedia. Nurani jurnalis masih tersimpan
dihati, masuk deh ke dalam ruangan tersebut. Bapak yang menjaga aja sampai
terkejut dan sampai Tanya tau dari mana lokasi ini. Nah, lho.. Jadi giliran aku
yang terbengong-bengong, dari bacaan diatas yang bertulisan “Ruang Informasi
Kota Bandung.” Tidak asyik, jika tidak berbincang-bincang sejenak.
Nanya-nanya deh, siapa saja yang datang kemari. Bapak
petugas, maaf lupa nanya nama, karena bukan jurnalis lagi jadi tidak butuh nama
hahaha. Beliau bilang kebanyakan turis mancanegara, hari ini saja (1 December
2014) tercatat sebanyak belasan ataupun puluhan turis yang datang. Bahkan
pernah dalam sehari sampai 20 hingga 30 orang, wah bagus donk. Itu berarti
Indonesia sudah menjadi tempat yang diperhitungkan dunia.
Masih berlanjut ala wawancara neh, menanyakan mereka kesini
(bacanya ke tempat ruang informasi), ya seperti biasa, mereka kebanyakan
menanyakan hotel murah untuk backpacker dan juga menanyakan makanan, khas
Bandung yang murah dan enak. Hihihi, ternyata bukan hanya aku saja yang suka murah,
enak dan sehat, orang bule aja suka yang begitu, masa kita
enggak. Dengan berbekal informasi bapak itu pun memberitahukan kepada setiap
yang nanya dan menyarankan bagi turis mancanegara untuk makan di restaurant
atau warung makan, soal rasa tiap orang tentu berbeda. SETUJU Pak, belum tentu rekomendasi bapak, saya suka
hehehe.
Paling uniknya yang buat saya tersenyum, masih ada aja tuh
yang menanyakan kamar dibawah 50.000 IDR, idih mana ada di tahun 2014-2015
harga kamar dibawah 50.000 paling murah juga Rp80.000-an itu pun sudah super
damper jarang banget didapat. Cukup dah informasi yang didapat, kaki pun
berlanjut melangkahkan kaki menelusurin jalan terusan.
Asyik banget jalan-jalan santai, seorang diri. Benar-benar
bebas dan bisa menikmatin dan melihat semuanya dengan puas. Kurang lebih
mungkin sekitar 150 meter, ada lorong sepatu dan tas. Karena memang produk
tersebut yang terlihat di dekat pintu masuk pasar itu. Saya lihat-lihat, ada
sepatu yang ditaksir, sayang nego harganya tidak dapat. Ya sudahlah, belum
rejeki hahaha. Tapi hemat lho, saya nguping eh dengar tidak sengaja, mereka ada
punya grup di BB. Terus beberapa mbak-mbak yang datang berbelanja selalu
menunjukan foto dulu dari BB-nya untuk barang yang mereka cari. Seru ya!!!
Thank you for the good technology if you used it for the good way of course.
Jalan-jalan sudah, cuci mata (window shopping, gitu
maksudnya bukan matanya dicuci pakai sabun. Aduh mah itu perih) sudah. Perut
lapar bingo, cari makan nggak ada yang terkesan di lokasi tersebut. Saya balik
arah, lantaran takut tersesat. Saya lihat di dekat alun-alun ada yang jual
makanan pinggir jalan, saya coba deh kesana. Ada mie aneh yang belum pernah aku
dengar, bodohnya aku, kenapa aku tidak tanyakan harga dulu semangkuk dan mie
apa she itu?
Rupanya itu mie berisikan mie, bakso, kulit sapi ya, apa ya
namanya koq aku jadi lupa… mmmmmm kikil. Ya kikil, duh makanan kali ini tidak
aku rekomended dah. Lebih baik pilih makanan di warung atau restaurant ya.
Sudah hampir magrib, aku pun bergegas kembali menelusurin
jalan yang tadi aku lalui. Jangan heran, ini kendaraan sama seperti di Jakarta
kagak pernah sepi dan tidak mau mengalah sama pejalan kaki. Meskipun kami
nyebrangnya di zebra cross.
Mereka tau gak she kegunanya zebra cross itu apa, sepertinya
SIM (Surat Izin Marriage eh Mengemudi) nembak kali ya, buktinya tidak ada yang
berhenti. Ya sudah ala preman aja, maju terus pantang mundur. Padahal
penakutnya ampun-ampun kalau urusan nyebrang, takut kalau ada mobil atau motor
yang demen dekat sama aku (alias mau nabrak kali) kan bisa repot.
Kembali ke hotel, rehat-rehat dulu ya. Mandi dan bersantai,
mengetik blog ataupun cerita dan akhirnya tertidurlah. Bangun-bangun sudah jam
08.00, perut pun sudah bernyanyi. Lapar lagi, tapi mandi dulu biar segar.
Karena tinggalnya di backpacker hostel, sekilas info tapi dikit saja ya tentang
penginapan ini, di dalam kamar yang berisikan 10 tempat tidur tingkat berarti
ini kamar untuk kapasitas 20 orang, kamar mandinya Cuma satu yang didalam, plus
di dalam hanya tersedia cold water. Jika ingin air panas, berjalanlah sedikit
menuju meja resepsionis. Karena disitu tersedia kamar mandi dua dan dua toilet,
plus hot shower.
Mandi hot shower itu butuh waktu lama. Karena badan yang
lelah dan pegel itu, terasa segar saat air panas membahasahi badan. Ampun,
penat dan pegal yang tadi terasa itu mendadak kabur tanpa jejak. Mandi yang
bersih sudah, jam pun sudah menunjukan pukul 08.30.
Niat mencari makan tertunda dulu, karena salah satu serial
televise yang udah terlanjur diikutin. Apalagi Cuma 30 menit doank. Duduk manis
didepan resepsionis sambil nonton. Di ruang tunggu itu juga terdapat bule
Prancis yang sudah lama stay disitu dan bahasa Indonesianya bagus, dia sibuk
eksis foto “six pack-nya” di social media. Padahal kagak six pack la badan
kurus kerempeng tapi perut rada maju kedepan (bacanya buncit, bukan mabun (emak
bunting) cakap orang Melayu).
Ini ibu-ibu satu ini yang notabennya sudah seminggu lebih
stay di penginapan tersebut yang menikah sama orang Belanda, pelitnya
ampun-ampun dah. Maaf, bukan bergosip tapi masak beli es cendol kemarin di
makannya sekarang, basi, dia nanya bisa dibalikin kagak? Ampun dah, serukan. Banyak
hal-hal unik yang bisa kita dapatin, jika kita mau keluar dari “zona aman dan nyaman.”
Kebetulan, aku juga orangnya suka jalan-jalan tetapi dengan system yang
praktis, menggunakan jasa travel agent untuk booking hotel dan mobil rental
selama berjalan-jalan di salah satu tempat kunjungan.
Kali ini semuanya dikerjakan sendiri dan ada keasyikan dan
kepuasan tersendiri. Jika kita jalan sama teman-teman, tentunya kita tidak bisa
melihat hal-hal yang berbeda dan memiliki beragam cerita unik. Karena pasti
kita hanya terfokus pada seputar teman. Sekali-kali “membebaskan” diri dari
zona friend tidak ada salahnya, petuah bijak dariku.
30 menit berlalu, tidak jadi nonton deh. Karena asyik nak
dengar cakap ibu ini. Ibu ini juga menawarkan untuk mengajak gabung jalan-jalan
menyewa mobil. Kebetulan juga ibu ini mendengar ada dua perempuan asal Malaysia
menyewa mobil untuk berkunjung ke Takuban Perahu. Ibu ini mengajak aku untuk
joint dengan mereka, dia mencoba untuk bernegosasi dengan wanita tersebut.
Alhasil, aku sudah bisa menebak dari awal. DITOLAK! Saudara-saudari, Tentu saja,
zona friends. Mereka merasa tidak nyaman jika pergi dengan orang asing, mereka
lebih suka berada di zona friends, jadi bebas berbicara dan bersenang-senang
cekakak-cekikik itulah tujuan mereka berwisata berdua dengan temannya. Idih,
ibu-ibu ini ada-ada aja.
Menelusurin Jalan Braga di malam hari. Rada berbeda, karena
tidak ada petugas galian dan kendaraan tidak terlalu padat. Plus, suasana malam
tidak membuat mata silau, tapi suasana yang bising dengan suara kendaraan
bergantikan dengan suara beberapa live music yang disuguhkan di beberapa tempat
makan atau café yang ada di Jalan Braga. Pengen masuk ke salah satu café
tersebut tapi lihat banyak wanita berpakian seksi jadi tidak jadih deh. Kalau
pergi sendirian di café dengan live music tersebut entar dikiranya mencari
“mangsa” ogah dah.
Seru memang berjalan di jalan Braga di malam hari, terus
tidak perlu takut kelaparan karena banyak makanan yang bisa dipilih mau makanan
manis seperti cake, ice cream tersedia. Makanan ala Indonesia hingga makanan
yang sudah dipadukan ala barat juga ada. Harganya relative bisa dijangkau pakai
duit bukan tangan.
Menikmatin makan malam di salah satu café yang ada di Jalan
Braga, puas keliling-keliling. Akhirnya balik ke hotel dan melanjutkan mimpi
indah. Sayang di sayang, karena kelelahan dan juga masih belum terbiasa tidur
ramai-ramai dengan orang asing membuat mata ini susah terpejam. Jangan-jangan
ah pikiran buruk tuh harus dibuang, kebanyakan baca horror kali ya. Akhirnya
tertidur dan terkejut, karena suara bising dari tempat tidur sebelah. Dua orang
temannya mencoba membangunkan kawannya yang tertidur lelap dengan berbagai
cara.
Alhasil, selamat
malam burhan (burung hantu) jam masih bertepat di angka 1. Idih, tidurku
terganggu. Padahal niatan hati besok mau bangun jam 5 untuk melihat air terjun
sebelum beranjak check out dan mencari penginapan lain untuk referensi lain
juga. Biar pembaca bisa membanding kan juga she.
Note : Tolong donk ada yang tahu tidak nama mie yang di Bandung yang pakai kikil, namanya mie apa ya? hehehe Thank you
Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Asia-Afrika dan Alun-alun Kota
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Asia-Afrika dan Alun-alun Kota ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
Judul: Asia-Afrika dan Alun-alun Kota
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Asia-Afrika dan Alun-alun Kota ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP
0 comments:
Posting Komentar
Thanks to leave good and polite comments here