Minggu, 14 Februari 2016

Bermalam di Rumah Senior



Perjalanan ke Pulau Naga

Untunglah, salah satu diantara kami pernah pergi ke Pulau Naga. Sehingga dia mengetahui lokasi makan yang terdekat. Karena kami notabennya adalah orang yang tidak memiliki banyak uang. Sehingga mereka berencana makan di warung padang. Lalu, aku yakinkan mereka kalau (pada masa itu) ada paket hemat yang disediakan di salah satu fast food yang terkenal. Hanya kisaran 10K sudah dapat minum, nasi, plus satu potong paha ayam pastinya.


Akhirnya mereka setuju, tetapi ternyata mereka (para pria) berasa tidak nendang makan nasi “segenggam” jadi merasa bersalah dengannya. Soalnya, aku makan nasinya saja tidak habis, jadi aku paruh tuh nasiku dan berikan kepada salah satu dari mereka. Kami pun makan dan menikmatin suasana yang tidak terlalu ramai, karena sudah lewat dari jam makan siang bagi pegawai kantoran.

Melihat jam, waktu itu terasa sangat cepat berlalu dan tahu-tahu sudah waktunya balik ke markas besar. Sedih rasanya, karena tidak tahu apa yang akan menanti kami kedepannya. Khususnya diriku, aku tidak memiliki tempat tinggal, tidak memiliki kenalan, serta duit yang pas-pasan saja. Pasalnya, ibu tidak memberi restu keputusanku untuk pergi menjadi kuli tinta. Padahal, sejak dulu aku bercita-cita ingin menjadi penulis. Sedangkan ibu tidak menyukai hal itu, entah apa alasannya. Sampai detik ini tidak pernah mengetahuinya dan selalu gagal menjadi seorang penulis sejati!

Tiba di markas, mas manis yang berasal dari Jawa itu telah menanti kita dan menceramahin kita karena terlalu lama. Padahal toh, kita Cuma telat beberapa menit saja. Pada saat kami datang pertama kalinya dalam ruangan itu tidak terlalu ramai, lalu kemudian banyak orang yang baru disana, lalu lalang, serta sibuk di depan computer sambil mengetik serius. Aku hanya menatap sekilas dengan rasa yang pasti bawasanya aku akan menjadi bagian dari mereka juga nanti (amin).

Di dalam ruangan itu, kemudian satu per satu mereka berdatangan, para pemimpin redaksi dan juga pimpinan umum. Aku juga tak tahu pasti. Karena saat itu aku masih baru. Lalu, ditanyalah apakah kami siap tahan banting untuk dilatih, ditraning. Salah satu dari kami berteriak “SIAP”. Aku menjawab ragu-ragu dan berkata “Semoga saja” lalu, tibalah giliran ditanya dimana kami akan menginap?

Tentu saja kami yang tidak memiliki kenalan di Batam tidak memiliki tempat tinggal. Kemudian salah satu tetuah disana menyatakan bahwa para pria akan tinggal di kantor lama untuk sementara waktu. Terus aku bagaimana? Aku bagaimana??? Bagaimana nasibku? Mereka (para tetuah) menatapku nanar. Karena aku satu-satunya wanita disana, tentunya tidak mungkin tinggal di dalam kantor lama yang akan berisikan empat orang pria. Berabe kan urusannya? Walaupun sudah gede, tetap saja, mission impossible! Hahahaha…

Jadilah, salah satu senior wartawati disana bersedia memberikanku tumpangan menginap beberapa waktu. Aku bersyukur sekali, aku pun pulang bersamanya di rumahnya. Rumahnya sangat nyaman. Oh ya, sebut saja seniorku itu bernama Ms. Apple. Disana dia memiliki ponakan, jadilah aku sekamar dengan ponakannya yang bernama Ms. Diamon (koq namanya diamon? Soalnya hatinya baik banget).

Namanya rumah para single women, jadi jangan harap kalau di rumahnya ada makanan hahaha. Untunglah di depan komplek perumahannya dekat dengan jalan raya, jadi aku bisa membeli makanan dan makan dengan lahap. Karena sumpah, keringat dingin karena kelaparan. Okey, apakah cerita yang menantiku besok? Simak terus ya jika berminat mengetahui pengalaman getir pahit dan manisnya kehidupan di dunia koran merah itu.




Terima Kasih Atas Kunjungannya Teman
Judul: Bermalam di Rumah Senior
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Bermalam di Rumah Senior ini. Sesama pecinta dunia blogger marilah kita saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya dan sudah membaca di sini. Salam Penuh Kasih dan Karya. Arndt SP

0 comments:

Posting Komentar

Thanks to leave good and polite comments here

 

The words is WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang